Dunia Jane Austen

Dunia Jane Austen

Jane Austen adalah salah satu novelis paling terkenal di dunia. Mereka yang tidak pernah membaca novelnya, paling tidak sudah pernah mendengar judul-judul film yang disadur dari karangannya, seperi Sense and Sensibility, Northanger Abbey, Pride and Prejudice, Mansfield Park, Emma dan Persuasion. 200 tahun kemudian novel-novelnya terus dicetak ulang dan terjual lebih dari satu juta kopi setiap tahun (belum termasuk yang diterjemahkan ke bahasa lain), bukti bahwa karyanya tidak pernah lekang dimakan zaman.

Sampai sekarang, novelnya lebih banyak dibaca dibandingkan karya-karya Charles Dickens, sebuah prestasi mengagumkan karena Austen adalah penulis paruh waktu yang harus mendahulukan kewajibannya sebagai seorang wanita. Sayangnya, Jane meninggal di usianya yang ke-41.

Kita juga tidak tahu terlalu banyak bagaimana Jane Austen dapat menjadi seorang penulis produktif yang dikenal dunia. Surat-surat pribadinya dibakar atau sengaja dihilangkan oleh saudarinya, Cassandra. Keluarganya berusaha menciptakan kesan bahwa Jane adalah seorang wanita biasa di zamannya. Untungnya, dari beberapa penulis biografi Austen, seperti Elizabeth Jenkins dan Lord David Cecil, kita bisa mengetahui sekelumit sejarah hidupnya.

Menurut mereka, Jane adalah wanita yang pikirannya ‘liar’, anak kesembilan dari sepuluh bersaudara; delapan pria dan dua wanita (Jane dan kakaknya Cassandra). Minat kreatifnya sudah muncul semenjak Jane mulai bisa membaca dan menulis dengan lancar. Keinginannya untuk “mencipta” yang tidak dapat dibendung, diekspresikan ke dalam cerita-cerita dongeng yang diceritakan kepada saudara-saudaranya. Selain itu, Jane juga dikenal mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, pengamat yang baik dan cerdas.

Ayah Jane adalah seorang rektor, sebuah profesi yang menjadikan keluarga mereka memiliki posisi terhormat serta diterima luas dalam lingkaran pergaulan berbagai kalangan. Ditambah sifat keluarga Jane yang senang bergaul, mereka mempunyai jaringan sosial yang amat luas. Rumah mereka tidak pernah sepi pengunjung; Jane memanfaatkannya untuk mengamati tingkah laku masyarakat dari semua lapisan.

Sebagai keluarga terpelajar, rumah mereka memiliki perpustakaan yang cukup lengkap. Meskipun wanita, Jane tak pernah dibatasi untuk membaca sebanyak mungkin. Kedua orangtua Jane juga tidak pernah melarangnya mengembangkan minat menulisnya, meskipun mereka tak mendorongnya juga. Kedua orangtuanya ingin Jane tumbuh menjadi wanita normal yang menikah dan membesarkan anak.

Pada saat Jane sudah dikenal sebagai penulis dan menghasilkan uang dari buku-bukunya, kegiatan menulis tetap mendapat prioritas setelah urusan-urusan rumah tangga dan tanggung jawab sosial. Karena tidak menikah, Jane bisa memanfaatkan waktu luangnya untuk mengembangkan minat menulisnya. Dalam ‘dunia’ seperti itulah Jane menjelma menjadi seorang penulis produktif yang karya-karyanya tak lekang dimakan zaman.

Kepustakaan
Arifin, It Pin. 2012. Ketika Archimedes Berteriak ‘Eureka!’: Nyalakan Kreativitas Anda dengan “Api Pengetahuan” . Jakarta: Media Elex Komputindo.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama