Homer, Si Pencerita Perang Troy

Homer, Si Pencerita Perang Troy

Tiga atau empat abad setelah pengepungan Kota Troy, hidup seorang penyair miskin dan buta yang hidupnya berkelana dari suatu tempat ke tempat lainnya. Selama pengembaraannya, ia mengisahkan petualangan pahlawan Yunani selama Perang Troy sambil memainkan liranya. Penyair yang hidup miskin dan buta ini, dikenal bernama Homer, sebelumnya tidak hidup dalam keadaan miskin dan buta. Homer mengalami nasib malang ketika sedang berlayar: hartanya dirampas bajak laut dan kedua matanya dibutakan. Lebih tragis lagi, para bajak laut itu meninggalkannya seorang diri di sebuah negeri tak dikenal.

Berkat keberuntungan kecilnya, sang penyair akhirnya menemukan desa kecil dan dalam waktu singkat ia telah mendapatkan banyak teman. Daripada menghabiskan sisa hidupnya dengan penyesalan, Homer mulai berpikir mencari penghidupan. Akhirnya ia mulai menceritakan kisah-kisah indah kepada orang-orang yang ingin mendengarkannya berkisah.

Karena pada zaman itu belum ada buku dan sekolah, kisah-kisah yang diceritakan oleh Homer terdengar sangat indah. Sedikit demi sedikit Homer mulai mengubah kisah-kisah tersebut menjadi sajak-sajak yang sangat indah dan dikagumi hingga saat ini; demikianlah ia bercerita sambil memainkan liranya. Selama mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya, orang-orang tua dan pemuda selalu berkumpul di dekatnya untuk mendengarkan kisah-kisahnya.

Sebagian pemuda yang jatuh cinta dengan kisah-kisah yang digubah Homer, terus mengikuti Homer ke mana pun ia pergi, hingga mereka hapal kisah-kisah tersebut dan dapat menceritakannya kembali. Bahkan mereka juga mengembara dari suatu tempat ke tempat lainnya sambil mengisahkan kisah-kisah tersebut kepada orang-orang yang mereka temui; akhirnya sajak-sajak Homer menjadi dikenal di Yunani.

Para pemuda Yunani yang sudah hafal di luar kepala sajak-sajak Homer kemudian mengembara ke Asia Kecil dan ke negeri lainnya (pulau-pulau). Mereka singgah di daerah-daerah yang penduduknya bertutur dengan bahasa Yunani, mengisahkan kemarahan Achilles, kematian Patroclus, Hector dan Priam, kehancuran Benteng Troy, pengembaraan Odysseus dan perjalanan pulang pasukan Yunani. Meskipun tidak ditulis (dibukukan), kisah-kisah itu terus diceritakan dari generasi ke generasi dan hidup dalam ingatan orang-orang, terutama bangsa Yunani.

Tentang Homer sendiri, hanya sedikit yang diketahui tentangnya. Kita hanya tahu ia berumur panjang, hidup miskin dan bertahan hidup dengan membacakan puisi-puisinya di setiap daerah yang disinggahinya. Namun setelah kematiannya, Homer mendapat penghargaan yang sangat besar dari dunia.

Dua puisi epik terbesarnya, The Iliad dan The Odyssey, akhirnya disalin ke dalam bentuk tulisan (dibukukan). The Iliad berkisah mengenai perang 10 tahun antara pasukan Yunani melawan pasukan Troy, sementara The Odyssey mengisahkan perjalanan pulang Odysseus, salah seorang komandan pasukan Yunani. Bertahun-tahun setelah kematiannya, sebuah upaya dilakukan untuk mengungkap identitas Homer dan dari negeri mana ia berasal.

Namun sayangnya, upaya tersebut tidak berhasil. Setelah kematiannya, setidaknya ada lima puluh kota di Yunani yang mengklaim sebagai negeri kelahiran Homer; sebagian besar kalangan lalu menganggap pulau Chi’os sebagai negeri kelahiran sang pujangga. Bagaimanapun juga, ada banyak kota di Yunani memberi apresiasi yang sangat tinggi terhadap karya-karya Homer; mereka mengirim hadiah-hadiah indah setiap tahunnya ke daerah yang oleh banyak orang dianggap sebagai negeri kelahirannya.

Kepustakaan
  • Aldington, Richard & Delano Amer. 1987. New Larousse Encyclopedia of Mythology. Crescent Books.
  • Grimal, Pierre. 1990. A Concise Dictionary of Classical Mythology. Blackwell Publishing.
  • Guerber, H. A. 1896. The Story of the Greeks. American Book Company.

1 Komentar

  1. From resort and entertainment to eating, spa and gaming, you can to|you possibly can} earn rewards for virtually each greenback you spend. Please visit Lily Lounge for a high-end gaming exprience while we enhance Club Privé. All periods second are|are actually} obtainable for viewing in our on-demand library. From her years as a shedding high-stakes gambler, she knew that casino executives will accommodate even outlandish requests from customers who wager huge sums of cash. She also believed 우리카지노 that Asian gamblers have been considered as superstitious. As I walked beside him, I tried to appear casual, with the tail of my untucked shirt covering the notepad in the back pocket of my slacks.

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama