Kelebihan dan Kekurangan Self Publishing

Kelebihan dan Kekurangan Self Publishing

Kelebihan Self-Publishing

Pertama, bebas menerbitkan buku dengan tema apa pun. Naskah tidak lagi perlu disesuaikan dengan tema/haluan yang biasanya dimiliki penerbit (tradisional). Meskipun naskah yang ingin diterbitkan belum berpotensi laku di pasar, proses penerbitan bisa berjalan dan penulis bisa terus memperbaiki kualitas naskahnya.

Kedua, penulis memegang kendali penuh dalam proses penerbitan bukunya, mencakup jadwal terbit, konsep pengemasan buku (ukuran buku, layout, desain cover), menentukan jumlah cetakan buku (terbatas atau massal), menentukan harga jual buku dan model pemasarannya.

Dalam APE: Author, Publisher, Entrepreneur—How to Publish a Book (2013: 26-29), Kawasaki dan Welch menjelaskan 10 kelebihan self-publishing. Berikut ini rangkumannya.
  1. Content and Design Control, penulis memegang kendali penuh proses penerbitan bukunya, mulai dari pernaskahan, pengemasan (layout dan desain cover), pencetakan sampai dengan penjualan.
  2. Longevity, pemasaran dan penjualan buku yang diterbitkan melalui penerbit (tradisional) memiliki batas waktu tertentu. Misalnya, penjualan buku akan dihentikan jika dalam waktu tertentu belum habis terjual. Sebaliknya, hal demikian tidak akan dialami oleh self-publisher yang “dengan leluasa” dapat terus memasarkan dan menjual bukunya.
  3. Revision, dapat menerbitkan edisi revisi buku kapan pun dibutuhkan, tidak perlu menunggu sampai buku (edisi sebelum revisi) terjual habis di pasaran.
  4. Money, karena self-publisher bisa menjual bukunya secara langsung kepada pembaca, keuntungan penjualan buku sepenuhnya menjadi milik penulis.
  5. Direct Connection, self-publisher memungkinkan hubungan langsung antara penulis dan pembaca.
  6. Price Control, penulis dapat menentukan harga jual buku dengan leluasa.
  7. Time to Market, tidak ada antrian cetak dan buku bisa segera dipasarkan. Self-publisher juga bisa membuat versi ebook lebih awal tanpa perlu menunggu versi cetaknya terbit.
  8. Global Distribution, self-publisher bisa mendistribusikan bukunya ke berbagai belahan dunia tanpa halangan berarti. Poin ini tentu hanya berlaku untuk buku dalam format ebook yang dapat dijual melalui Amazon, Apple, Barnes & Noble, Google dan Kobo.
  9. Control of Foreign Rights, dalam konteks penerbit (tradisional), penulis hanya mendapat sekian persen dari hasil penjualan hak penerbitan (rights). Sebaliknya, dalam self-publishing, hasil penjualan atas hak penerbitan sepenuhnya menjadi milik penulis (self-publisher).
  10. Analytics, penulis bisa memantau perkembangan penjualan bukunya dari waktu ke waktu kapan pun menginginkannya, tidak lagi direpotkan dengan persoalan administrasi.


Kekurangan Self-Publishing

Pertama, penulis perlu mengeluarkan sejumlah biaya yang besarnya bergantung pada kebutuhan publikasi penulis. Biaya tersebut biasanya semakin besar jika penulis mengalihdayakan beberapa pekerjaan teknis kepada pihak ketiga atau penyedia jasa penerbitan (publishing service). Untuk apa saja biaya yang dikeluarkan oleh penulis?
  • Biaya mendirikan badan usaha. Biaya ini merupakan konsekuensi logis untuk mendapatkan nomor ISBN.
  • Biaya editing jika ingin menggunakan jasa editor untuk melakukan perbaikan isi (substantive editing) pada naskah.
  • Biaya penyuntingan naskah jika ingin menggunakan jasa copyeditor.
  • Biaya untuk layouter jika ingin memakai jasa layouter.
  • Biaya desain cover jika ingin menggunakan jasa desainer cover.
  • Biaya untuk ilustrator (artwork) jika ingin memperkaya buku dengan ilustrasi.
  • Biaya mencetak buku (besaran biaya tergantung pada spesifikasi cetak, tebal buku dan oplah cetak).
  • Biaya penyelenggaraan event jika buku ingin diluncurkan (book launching) setelah terbit.
  • Biaya pemasaran (promosi) yang bersifat variabel.
  • Biaya lainnya yang bergantung pada kebutuhan dan keinginan penulis dalam penerbitan bukunya.

Kedua, membutuhkan Pihak Ketiga jika buku ingin didistribusikan ke toko buku modern (Gramedia, Gunung Agung, TM Bookstore dan lain sebagainya). Berbeda dengan poin pertama yang pengerjaannya masih bisa ditangani sendiri oleh penulis, poin kedua ini jelas memerlukan pihak ketiga (distributor). Tingkat risikonya pun lebih besar apabila dibandingkan dengan poin pertama, karena terdapat risiko buku kurang laku.

Ketiga, karena kontrol penuh proses penerbitan ada pada penulis, mau tidak mau penulis harus memahami gambaran umum menyangkut kerja-kerja teknis penerbitan, dari hulu ke hilir. Pemahaman dasar ini akan membantu penulis dalam memegang kendali dalam proses penerbitan bukunya. Untuk memperoleh pemahaman tersebut tentunya dibutuhkan waktu, pikiran, tenaga dan biaya, termasuk ketekunan dan kesabaran.

Kepustakaan
Kawasaki, Guy and Shawn Welch. 2013. APE: Author, Publisher, Entrepreneur—How to Publish a Book. Nononina Press.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama