Thomas Woll (2002) menegaskan bahwa ada dua jawaban teratas mengapa orang mau membeli buku, yaitu karena subjek/topik buku dan reputasi penulis. Menurut 1996 Consumer Research Study on Book Publishing yang disponsori American Booksellers Association and Book Industry Study Group, di hampir semua tempat konsumen dapat membeli buku (toko buku besar dan kecil, toko buku diskon dan lain sebagainya) bahwa “faktor terbesar” yang menghasilkan keputusan seseorang membeli buku adalah topik buku dan reputasi penulis.
- Lebih dari 44% orang dewasa mendasarkan keputusan membeli karena subjek buku (topik buku) dan 24% karena reputasi penulis.
- Hanya 2% yang berpikir bahwa harga sangat penting.
- 2% lagi berpikir desain cover dan endorsment sangat penting.
- Kurang dari 1% berpikir memiliki buku yang berada pada daftar best seller itu penting.
Menariknya, survei serupa kemudian dilakukan pada 1999 dengan menghapus dua pilihan alasan tersebut di atas. Hasilnya, 13% memilih desain cover sebagai faktor kuat yang memengaruhi dan 12,8% memilih harga. Tetapi pemilih terbesar adalah yang memilih “lain-lain” sebagai faktor terkuat. Dengan demikian, asumsi mereka menyatakan subjek dan reputasi penulis sebagai hal utama mungkin saja terdapat dalam pilihan “lain-lain” itu.
Studi lain yang menarik dilakukan American Book Buyers Study pada September 1997 yang disponsori majalah Publisher Weekly dan Book Industry Study Group, dengan hasil berikut ini.
- 59% dari grup yang disurvei telah merencanakan membeli buku judul tertentu sebelum mereka pergi ke toko buku.
- 40% membeli karena ada dorongan saat di toko (impulse buyer).
- 63% dari grup yang disurvei menyatakan jika daftar buku best seller memberi pengaruh kecil bagi keputusan mereka membeli buku.
- Hanya 23% yang menyatakan bahwa jaket buku atau cover belakang menjadi bahan pertimbangan utama.
- 66% berpikir bahwa informasi dan blurb (wara) di flap (lidah buku) dan cover belakang itu penting.
Di luar survei itu, pada periode 2003-2010, pemerintah Inggris berinisiatif untuk menggaet penyelenggara Premier League untuk meluncurkan program spektakuler Premier League Reading Stars bekerja sama dengan Art Council.
Program ini melibatkan keluarga-keluarga kecil di berbagai perpustakaan umum. Target program ini adalah siswa-siswi berumur 5-6 tahun yang belum memuaskan dalam pencapaian tingkat melek hurufnya dan juga siswa-siswi sekolah menengah yang kurang tertarik dengan kegiatan literasi/membaca.
Program ini melibatkan para bintang sepak bola Liga Premier hingga bisa menarik bagi anak-anak, terutama anak lelaki di sekolah menengah. Para orangtua ternyata juga mendapatkan peningkatan kepercayaan diri mereka untuk berbicara di depan umum setelah mengikuti program ini; minat mereka juga semakin kuat untuk bisa menghidupkan kegiatan membaca di keluarganya masing-masing.
Dengan visi, misi dan target yang terarah, program ini pun menghasilkan berbagai produk literasi, misalnya buku, multimedia book, film dan games yang mendorong anak makin gemar membaca. Karena dianggap berhasil, program ini pun kembali diteruskan pada 2012. Di Amerika Serikat, program serupa pernah digelar dengan mendatangkan Michael Jordan yang membacakan cerita (story telling) di berbagai sekolah. Lalu, di Indonesia?
Kepustakaan
Trimansyah, Bambang. 2012. Apa dan Bagaimana Menerbitkan Buku: Sebuah Pengalaman Bersama IKAPI. Jakarta: IKAPI.
Tags:
Rehat