Di pegunungan Kaukasus yang menghadap ke wilayah Rusia, seorang anak muda sedang terpana dengan keindahan pemandangan asri pegunungan yang terhampar di hadapannya. Keindahan pegunungan Kaukasus yang mendekati adikodrati itu seakan membetot sukma anak muda yang baru saja bergabung ke dalam pasukan Rusia saat itu.
Mata dan jiwanya bukan hanya disegarkan dengan pemandangan tersebut, tetapi gairah melukiskan keindahan tersebut ke untaian kata-kata muncul tanpa bisa lagi untuk dicegah. Karya-karya sastra pun kemudian mengalir dari tangan anak muda itu: childhood, yang disusul dengan cerita-cerita tentang kehidupan pasukan Rusia dalam The Raid, The Cossacks, The Woodfeeling, Notes of a Billiard Marker, lalu trilogi Sebastapol Sketches, Boyhood, A Landlord’s Morning, Christmas Eve dan Hadji Murad.
Anak muda ini, Leo Tolstoy, memang dikenal memiliki mata yang awas terhadap rincian-rincian sekecil apa pun. Dia mampu menangkap nuansa-nuansa alam serta karakter dan sifat-sifat manusia, kemudian menuangkannya ke dalam kisah-kisah dan karakter yang tak kalah rincinya.
Di luar itu semua, hal luar biasa yang dimiliki anak muda ini adalah ketekunannya yang melampaui batas normal. Pada novel War and Peace yang ketebalannya bisa menciutkan hati mereka yang bahkan memiliki minat baca tinggi, Tolstoy menulis ulang hampir keseluruhan isi buku tersebut sebanyak tujuh kali! Terlebih, Tolstoy tidak hidup di zaman komputer.
Semua revisinya harus dilakukan dengan tangan (manual). Karya lain dari Tolstoy yang tak kalah hebatnya, Anna Karenina, Tolstoy menunjukkan sikap perfeksionis yang lebih tinggi lagi. Buku itu direvisi lebih dari tujuh kali! Akan tetapi, ketekunan dan sikap perfeksionis itu tidak ditularkan ke bidang lainnya. Di luar menulis, Tolstoy bukanlah orang yang sabar dan tekun; dia juga mudah menyerah jika menemukan masalah.
Kepustakaan
Arifin, It Pin. 2012. Ketika Archimedes Berteriak ‘Eureka!’: Nyalakan Kreativitas Anda dengan “Api Pengetahuan”. Jakarta: Media Elex Komputindo.
Tags:
Rehat