6 Mitos Kreativitas

6 Mitos Kreativitas

1# Kreativitas Adalah Proses Bawah Sadar

Mitos ini berasal dari aliran psikoanalisis dan penganut aliran seni romantik Eropa yang menganggap seni seharusnya merupakan refleksi alam bawah sadar. Pandangan ini juga hampir sama dengan pandangan dari era Yunani Kuno yang menganggap para jenius kreatif sebagai perwujudan dewata atau kekuatan adikodrati lainnya.

Semua pandangan itu melihat alam sadar manusia hanya sebagai wadah penerima yang pasif. Meski peran alam bawah sadar bagi kreativitas tidak bisa sepenuhnya diabaikan, hampir semua ilmuwan modern yang mempelajari kreativitas sepakat bahwa mayoritas proses kreatif justru terjadi di alam pikiran sadar.

Selain itu, para jenius kreatif pada umumnya adalah pribadi-pribadi produktif dan pekerja keras, jauh dari citra para pendeta kuil Delphi yang hanya menanti inspirasi dari Apollo. Singkatnya, proses yang menghasilkan kreativitas ini bukanlah proses misterius yang muncul semata-mata dari alam bawah sadar. Kreativitas merupakan hasil dari proses mental biasa yang sebenarnya sudah dimiliki setiap orang.

2# Anak-anak Lebih Kreatif dari Orang Dewasa

Mitos ini dimulai pada abad ke-19 oleh kaum aliran romantik yang percaya bahwa anak-anak lebih polos dan dekat pada alam, sampai akhirnya orang-orang dewasa mulai mencemari pikiran tersebut dengan tata krama dan pendidikan. Di satu sisi, anak-anak kecil memang lebih sering punya ide-ide original dan berani berfantasi. Tetapi, ide-ide original tidaklah sama dengan kreativitas. Ide-ide original memang dibutuhkan, tetapi kreativitas membutuhkan lebih dari itu.

3# Pengetahuan dan Pengalaman Menghalangi Kreativitas

Keahlian yang diperoleh dari pendidikan atau pengalaman justru amat membantu proses kreativitas. Bisakah kita membayangkan Albert Einstein menemukan hukum relativitas tanpa mendalami matematika dan fisika, atau Pablo Picasso menciptakan kubisme tanpa mengenal gaya pelukis sebelumnya, atau Beethoven menciptakan sonata dan simfoni tanpa mendalami aturan-aturan dasar musik klasik? Munculnya sekolah-sekolah seni dan desain juga memperlihatkan pada kita betapa kreativitas seni bisa dipelajari secara terstruktur dan sistematis.

4# Kreativitas Hanya Hak Sebagian Kecil Orang

Meskipun tidak semua dari kita bisa menjadi seperti Einstein, Newton, Bach atau Darwin, tapi dengan memahami proses mental dan faktor-faktor pendukung yang menghasilkan kreativitas, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk mengubah proses mental dan faktor-faktor tersebut untuk meningkatkan daya kreativitas.

5# Kreativitas Dipengaruhi Bakat Turunan/Gen

Hubungan antara IQ dan kreativitas tidak bersifat konklusif. Para ilmuwan belum berhasil menemukan adanya gen-gen yang bertanggung jawab atas proses kreatif. Hampir semua jenius yang dikenal tidak punya keturunan yang sama terkenalnya. Beberapa dari mereka malah lahir dari orangtua yang biasa-biasa saja. Bisa saja faktor lingkungan keluarga yang kondusif yang menjadi faktor dominan di balik berkembangnya kreativitas seseorang.

6# Orang Kreatif Suka Menyendiri

Thomas Alva Edison mempekerjakan belasan asisten agar membantunya menemukan bola lampu pijar. Newton atau Einstein mungkin bekerja sendirian, tetapi mereka memiliki rekan-rekan untuk diajak bertukar pikiran. Jauh dari sendirian, orang-orang kreatif itu selalu dikelilingi orang-orang yang dapat diajak bertukar pikiran atau membantu mereka.

Kepustakaan
Arifin, It Pin. 2012. Ketika Archimedes Berteriak “Eureka!”: Nyalakan Kreativitas Anda dengan “API Pengetahuan”. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama