Dua Faktor Pendorong Self-Publishing

Dua Faktor Pendorong Self-Publishing

Dalam rentang waktu sepuluh tahun terakhir ini, dunia penerbitan buku di tanah air mengalami perkembangan yang dinamis. Salah satunya diperlihatkan dengan semakin familiarnya istilah self-publishing yang dianggap sebagai “jalur alternatif” dalam menerbitkan buku. Lebih jauh lagi, self-publishing seolah-olah menjadi “antitesis” di tengah ketatnya proses menerbitkan buku melalui penerbit (tradisional).

Bagaimanapun juga, self-publishing tidak hadir semata-mata sebagai “antitesis” bagi proses penerbitan buku melalui penerbit (tradisional). Karena dalam konteks yang lebih luas, kehadiran “jalur alternatif” ini lebih didorong oleh dua faktor utama yang kemunculannya juga tak mungkin dihindari, yaitu perkembangan teknologi cetak (digital printing) dan kehadiran buku digital (ebook) beserta perangkat pendukungnya.

Berkat adanya kemajuan teknologi cetak (digital printing), pencetakan buku kini bisa dilakukan secara terbatas, bisa ratusan, puluhan atau bahkan satuan. Cara seperti ini tentunya tidak mungkin dilakukan jika pencetakan buku memakai teknologi offset printing. Di samping itu, dengan mencetak buku secara terbatas, kebutuhan akan ruang untuk menyimpan stok buku (gudang) semakin berkurang, bahkan tidak dibutuhkan sama sekali.

Tiga Kelebihan Digital Printing
  • Kemampuan mencetak dengan jumlah minimum (meskipun hanya 1 lembar dokumen).
  • Proses pencetakan dapat berlangsung cepat tanpa perlu menunggu berhari-hari.
  • Hasil cetak berkualitas (memuaskan) atau setara dengan hasil cetak analog.

Faktor pendorong yang kedua adalah kehadiran buku digital (ebook) dan perangkat pendukungnya yang juga merupakan buah dari kemajuan teknologi. Melalui medium ebook, para self-publisher bahkan bisa terbebas dari aktivitas mencetak buku sama sekali, hal yang mungkin tidak pernah dibayangkan oleh para penulis sepuluh tahun sebelumnya. Selain bisa dijual dengan harga yang lebih murah, ebook juga didukung perangkat lunak dan keras sehingga relatif lebih praktis dan menyenangkan.

Tiga Lompatan Self-Publishing

Lompatan Pertama (1440). Johannes Gutenberg berhasil menemukan mesin cetak sehingga semakin banyak orang bisa membaca Bibel. Sebelum penemuan tersebut, teknologi woodblock printing hanya mampu mencetak 40 halaman per hari. Dengan mesin temuan Gutenberg di era Renaissance itu, jumlah halaman yang bisa dicetak per hari adalah 3.600 halaman. Sebagai dampaknya, semakin banyak orang bisa mengakses bahan bacaan yang sebelumnya merupakan kegiatan yang hanya bisa dilakukan kaum bangsawan. Percaya atau tidak, pada 1637 pemerintah Inggris terpaksa harus membatasi jumlah percetakan yang ada.

Lompatan Kedua. Tiga perusahaan (Apple, Aldus dan Adobe) memungkinkan siapa pun menggunakan Macintosh, printer laser dan aplikasi PageMaker untuk mencetak laporan berkala (newsletter), koran dan buku. Sebelum komputer atau dekstop publishing berkembang sedemikian maju, alat yang terbaik bagi penulis mandiri (solo writer) yang tidak berafiliasi dengan penerbit adalah mesin ketik, mesin fotokopi dan mesin stensil (duplicator).

Lompatan Ketiga. Amazon, Apple dan Barnes & Noble memungkinkan setiap penulis menerbitkan sekaligus menjual bukunya baik dalam format buku digital (ebook) maupun cetak (print on demand). Siapa pun yang mempunyai komputer, handphone atau tablet tentu dapat membaca buku tersebut (ebook). Akibatnya, konsep pemasaran dan penjualan buku menjadi bertambah dinamis. (Kawasaki dan Welch, 2013)

Kepustakaan
Kawasaki ,Guy and Shawn Welch. 2013. APE: Author, Publisher, Entrepreneur—How to Publish a Book. Nononina Press.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama